Rabu, 13 Oktober 2010

Curahan Hati

Dari kecil aku sudah tak asing lagi dengan pensil maupun bolpoint, bahkan sebelum aku duduk di bangku taman kanak-kanak. Kala itu alat tulis tersebut tidak aku gunakan sebagaimana mestinya, melainkan untuk menggambar “cacing” di tembok. Namun itu yang menjadi awal mula dari cita-cita yang ingin aku capai, yaitu menjadi seorang  pelukis tersohor di dunia. Terlalu tinggi memang, tetapi kalau dipikir tak ada salahnya bercita-cita setinggi itu.
Untuk itulah  aku berada di sini, Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Yogyakarta. Terhitung dari tanggal 27 juli 2010 aku resmi diterima. Mungkin sedikit menyimpang dari cita-citaku, karena jurusan yang aku ambil akan mengarahkan diriku menjadi guru. Tetapi  menjadi seorang pendidik nantinya  bukan menjadi masalah bagiku, yang terpenting adalah tetap berusaha dan berdoa untuk menjadi yang terbaik.
Bersama teman-teman baru aku tempuh satu demi satu mata kuliah yang ada. Tak semudah membalikkan telapak tangan, aku harus menyelesaikan semua tugas yang diberiakan dosen  setiap harinya. Memang berat, tetapi sudah menjadi kewajibanku untuk mengerjakan itu semua.  Mungkin itulah sebabnya mengapa banyak dari teman-temanku di Banjarnegara yang menjadi kurus setelah lulus dari UNY.
“Dimanapun dan apapun jurusan yang kamu ambil, tekunilah, maka kamu akan menjadi orang yang benar-benar diakui oleh orang-orang di sekitarmu”,  pesan kedua orang tuaku. Kalimat itu akan aku ingat selalu sampai toga dapat aku lambungkan kelak. Aku berjanji pada diriku dan kedua orang tuaku bahwa aku akan lulus sekurang-kurangnya  empat tahun. Semoga hal itu menjadi pendorong bagiku untuk tetap bersemangat dalam belajar.
  Meskipun aku adalah seorang mahasiswa, tak sepenuhnya harus konsentrasi pada belajar, namun juga membutuhkan kesenangan. Yogyakarta, kota yang sangat sesuai untuk menghilangkan kejenuhan. Banyak sekali hal-hal yang aku temui di sini dan tidak dapat aku jumpai di kota asalku, salah satunya adalah toko komik. Selain menggambar aku juga senang membaca komik, karena komik dapat membuatku terhibur  dan memberiku inspirasi dalam berkarya.
Mungkin hanya Itu  yang dapat aku ungkapkan, ingin sebenarnya aku menuangkan semua benak yang ada dalam pikiranku sejak aku diterima di UNY sampai detik ketika aku menulis pengalaman ini. Namun apa daya, seperti halnya sumberdaya alam yang ada di bumi, kemampuan manusia itu terbatas, begitu juga diriku. Harapanku adalah menyelesaikan misi yang diberiakan orang tua kepadaku. Semoga semua itu dapat aku lakukan demi membahagiakan kedua orang tuaku yang saat ini tetap sabar menunggu anak kesembilannya lulus dengan nilai yang membanggakan.