Dari
kecil aku sudah tak asing lagi dengan pensil maupun bolpoint, bahkan sebelum
aku duduk di bangku taman kanak-kanak. Kala itu alat tulis tersebut tidak aku
gunakan sebagaimana mestinya, melainkan untuk menggambar “cacing” di tembok.
Namun itu yang menjadi awal mula dari cita-cita yang ingin aku capai, yaitu
menjadi seorang pelukis tersohor di dunia.
Terlalu tinggi memang, tetapi kalau dipikir tak ada salahnya bercita-cita
setinggi itu.
Untuk
itulah aku berada di sini, Pendidikan
Seni Rupa Universitas Negeri Yogyakarta. Terhitung dari tanggal 27 juli 2010
aku resmi diterima. Mungkin sedikit menyimpang dari cita-citaku, karena jurusan
yang aku ambil akan mengarahkan diriku menjadi guru. Tetapi menjadi seorang pendidik nantinya bukan menjadi masalah bagiku, yang terpenting
adalah tetap berusaha dan berdoa untuk menjadi yang terbaik.
Bersama
teman-teman baru aku tempuh satu demi satu mata kuliah yang ada. Tak semudah
membalikkan telapak tangan, aku harus menyelesaikan semua tugas yang diberiakan
dosen setiap harinya. Memang berat,
tetapi sudah menjadi kewajibanku untuk mengerjakan itu semua. Mungkin itulah sebabnya mengapa banyak dari
teman-temanku di Banjarnegara yang menjadi kurus setelah lulus dari UNY.
“Dimanapun
dan apapun jurusan yang kamu ambil, tekunilah, maka kamu akan menjadi orang
yang benar-benar diakui oleh orang-orang di sekitarmu”, pesan kedua orang tuaku. Kalimat itu akan aku
ingat selalu sampai toga dapat aku lambungkan kelak. Aku berjanji pada diriku
dan kedua orang tuaku bahwa aku akan lulus sekurang-kurangnya empat tahun. Semoga hal itu menjadi pendorong
bagiku untuk tetap bersemangat dalam belajar.
Meskipun
aku adalah seorang mahasiswa, tak sepenuhnya harus konsentrasi pada belajar,
namun juga membutuhkan kesenangan. Yogyakarta, kota yang sangat sesuai untuk
menghilangkan kejenuhan. Banyak sekali hal-hal yang aku temui di sini dan tidak
dapat aku jumpai di kota asalku, salah satunya adalah toko komik. Selain
menggambar aku juga senang membaca komik, karena komik dapat membuatku
terhibur dan memberiku inspirasi dalam
berkarya.
Mungkin
hanya Itu yang dapat aku ungkapkan,
ingin sebenarnya aku menuangkan semua benak yang ada dalam pikiranku sejak aku
diterima di UNY sampai detik ketika aku menulis pengalaman ini. Namun apa daya,
seperti halnya sumberdaya alam yang ada di bumi, kemampuan manusia itu
terbatas, begitu juga diriku. Harapanku adalah menyelesaikan misi yang
diberiakan orang tua kepadaku. Semoga semua itu dapat aku lakukan demi
membahagiakan kedua orang tuaku yang saat ini tetap sabar menunggu anak
kesembilannya lulus dengan nilai yang membanggakan.